Kisah Nelayan dan Cendikiawan

by Unknown , at 22.35 , has 0 komentar
Pada suatu sore yang cerah, seorang cendekiawan ingin menikmati pemandangan laut dengan menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai. Setelah harga sewa per jam disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai. Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan bertanya : “Apa bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari ?” “Tidak” jawab nelayan itu singkat. Cendekiawan melanjutkan ”Ah, jika demikian bapak telah kehilangan SEPEREMPAT peluang kehidupan Bapak” Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu.
“Apa bapak pernah belajar sejarah filsafat ?” tanya cendikiawan. “Belum pernah” jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Cendekiawan melanjutkan

”Ah, jika demikian bapak telah kehilangan SEPEREMPAT lagi peluang. kehidupan Bapak”. Si Nelayan kembali cuma mengangguk-angguk membisu.

“Apa bapak pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing ?” tanya cendikiawan. “Tidak bisa” jawab nelayan itu singkat.

“Aduh, jika demikian bapak total telah kehilangan TIGA PEREMPAT peluang kehidupan Bapak”

Tiba-tiba…

Angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka tumpangi pun oleng hampir terguling. Dengan tenang Nelayan bertanya kepada cendekiawan: ”Apa bapak pernah belajar berenang ?” Dengan suara gemetar dan muka pucat ketakutan, orang itu menjawab “Tidak pernah” Nelayanpun memberi komentar dengan percaya diri “Ah, jika demikian, bapak telah kehilangan SEMUA peluang hidup bapak”

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas :
• Jangan meninggikan diri lebih hebat dari orang lain.
• Jangan sombong, sebab akan direndahkan Tuhan.
• Kita semua memiliki keterbatasan dan memerlukan orang lain.
Kisah Nelayan dan Cendikiawan
About
Kisah Nelayan dan Cendikiawan - written by Unknown , published at 22.35, categorized as Kisah Kebijaksanaan ttg kehidupan . And has 0 komentar
0 komentar Add a comment
Bck
Cancel Reply
Theme designed by inaprofit.com - Ndybook - Published by O-KAO
Powered by O-KAO